Opini

Opini: Tahun Baru, Pesta Petasan, dan Uang yang Terbakar Tanpa Manfaat

Tahun baru sering dirayakan dengan meriah, mulai dari pesta kembang api hingga bunyi petasan yang menggema di berbagai sudut kota. Namun, di balik gegap gempita itu, ada fakta yang perlu kita renungkan: berapa banyak uang yang sebenarnya “terbakar” dalam sekejap?

Menurut beberapa laporan, setiap tahun, masyarakat Indonesia menghabiskan ratusan miliar rupiah untuk membeli petasan dan kembang api. Di tingkat lokal saja, satu keluarga rata-rata bisa mengeluarkan Rp200 ribu hingga Rp1 juta hanya untuk pesta satu malam. Jika angka ini digabungkan dalam skala nasional, jumlahnya sangat mencengangkan—uang ratusan miliar hilang hanya untuk kesenangan sesaat.

Pengeluaran untuk petasan sebenarnya tidak memberikan dampak ekonomi yang signifikan selain bagi produsen dan penjual. Sebaliknya, uang tersebut dapat digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Bayangkan jika setiap keluarga menyisihkan uang itu untuk membantu tetangga yang kesulitan, menyumbang ke panti asuhan, atau digunakan untuk pendidikan anak. Dalam konteks ini, tradisi pesta petasan menjadi bentuk pemborosan yang tidak memberi kontribusi jangka panjang.

Selain uang, kita juga “membakar” lingkungan. Sisa-sisa kembang api dan petasan sering kali menjadi sampah yang mencemari tanah dan air. Belum lagi risiko kebakaran dan kecelakaan akibat penggunaan petasan yang tidak aman, yang kerap kali memakan korban setiap tahunnya.

Tahun baru seharusnya menjadi momen refleksi dan perencanaan, bukan sekadar perayaan tanpa makna. Alih-alih menghabiskan uang untuk petasan, mengapa tidak memanfaatkan dana tersebut untuk kegiatan positif? Misalnya, mengadakan acara amal, menanam pohon, atau sekadar makan bersama keluarga dalam suasana sederhana namun penuh kehangatan.

Mengubah tradisi tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Jika kita mulai berpikir lebih bijak tentang bagaimana merayakan tahun baru, mungkin kita tidak hanya menyelamatkan uang, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.

Tahun baru adalah awal, dan cara kita memulainya mencerminkan arah yang akan kita tuju sepanjang tahun. Mari memulai dengan kebijaksanaan, bukan pemborosan.(*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button