KEMBARA TIMUR – Peta persoalan kesehatan di Kutai Timur (Kutim) berubah wajah. Jika dulu para petugas kesehatan sibuk memburu wabah menular, kini perhatian mereka banyak tersedot pada penyakit yang datang diam-diam. Yaitu diabetes, hipertensi, hingga gangguan jantung. Semua masuk dalam kategori Penyakit Tidak Menular (PTM), dan grafiknya, menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim menanjak lebih cepat dari penyakit menular.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kutim, Sumarno, menyebut pergeseran ini bukan kejutan. “Kalau dulu fokus kita penyakit menular, sekarang justru PTM yang paling banyak ditemukan,” kata dia beberapa waktu lalu. Tren itu, menurutnya, sejalan dengan situasi nasional.
Yang membuat PTM lebih rumit adalah akar masalahnya. Bukan dari kuman atau virus, melainkan dari pola hidup yang dianggap makin jauh dari sehat. Sumarno mencontohkan penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, dan gangguan jantung yang sebagian besar lahir dari pola makan berlebihan, kurang gerak, dan kebiasaan yang tak pernah dikoreksi.
“Kalau masyarakat mau lebih disiplin menjaga makan dan olahraga, sebenarnya bisa dicegah,” ujarnya. Ia menilai intervensi kesehatan tanpa perubahan kebiasaan hanya akan menghasilkan upaya tambal-sulam.
Sumarno mengingatkan bahwa kunci menekan PTM ada di tangan masyarakat sendiri. Kesadaran kolektif, kata dia, jauh lebih menentukan daripada sekadar layanan medis. “Kuncinya ada pada kebiasaan sehari-hari,” tuturnya.
Dinkes Kutim, lanjutnya, tetap memasang komitmen tinggi untuk mendorong masyarakat lebih sehat dan produktif. Selain pelayanan kesehatan, edukasi tentang pola hidup sehat digencarkan agar perubahan terjadi dari hulu, dari rumah, dari keluarga, dari kebiasaan kecil yang perlahan bergeser.
“Kami terus berkomitmen menciptakan masyarakat Kutim yang sehat dan produktif,” ucap Sumarno. (adv/Q)




