Kutai Timur

Hidup Dimulai Saat Kota Masih Tidur

Ritme Pasar Sangatta Lama yang Berdetak dari Dini Hari hingga Fajar

KUTAI TIMUR, KEMBARA TIMUR – Pukul 02.00 dini hari, saat sebagian besar warga masih terlelap, denyut ekonomi di Pasar Sangatta Lama di Kecamatan Sangatta Selatan, Kutai Timur (Kutim) justru mulai menggeliat. Dari gelapnya malam, satu per satu pedagang mulai berdatangan. Tak hanya pedagang tetap, tapi juga para petani yang membawa langsung hasil kebun mereka: sayuran segar, buah-buahan, rempah, hingga daun pisang.

Di antara lampu-lampu temaram dan aroma khas tanah basah, pasar perlahan ramai. Para petani menggelar tikar di pinggir-pinggir jalan kawasan pasar, bahkan hingga ke area mendekati Jembatan Masabang. Mereka menata hasil panen seadanya, menanti pembeli pertama yang biasanya datang tak lama setelah azan Subuh berkumandang.

“Kami biasanya mulai keluar rumah jam satu malam. Kalau telat, bisa kehabisan tempat,” ujar Marlina (45), petani asal Sangatta Selatan yang saban hari membawa bayam, kangkung, dan daun kemangi hasil kebunnya sendiri, Kamis (24/4/2025).

Menurut Marlina, waktu paling ramai justru bukan saat matahari terbit, tapi sekitar pukul 05.30 hingga 06.30 pagi. Saat itulah para pembeli berbondong-bondong datang mencari sayuran segar dengan harga miring.

“Kalau masih pagi, harganya lebih murah. Sayur juga masih segar. Makanya kami suka belanja sebelum jam tujuh,” kata Rahmawati (32), warga Sangatta Seberang yang rutin berbelanja untuk warung makannya.

Menjelang pukul 07.00 WITA, para petani perlahan mulai mengemasi dagangan. Mereka pulang lebih awal agar bisa kembali ke kebun. Setelah itu, giliran pedagang tetap yang mengisi lapak-lapak pasar hingga siang hari.

Namun, suasana seperti ini tidak terlihat setiap hari. Pada momen-momen besar seperti Hari Raya Idulfitri dan Iduladha, denyut dini hari pasar Masabang seketika meredup. Tak ada aktivitas para petani, tak ada tikar digelar di tepi jalan, tak ada sayur ditata di dekat jembatan.

“Kalau Lebaran kami libur, pasar sepi. Semua pulang kampung, kumpul sama keluarga,” kata Marlina tersenyum.

Pasar Sangatta Lama tak hanya menjadi tempat bertemunya barang dan uang, tapi juga ruang interaksi sosial yang hidup. Di sinilah geliat ekonomi lokal tampak nyata, berdenyut setiap hari sebelum fajar menyingsing—kecuali saat hari raya tiba, ketika seisi pasar pun ikut beristirahat.(*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button