KEMBARA TIMUR – Implementasi Program Makan Bergizi (MBG) untuk anak sekolah di Kecamatan Batu Ampar terhambat kendala teknis yang serius. Camat Batu Ampar, Suriansyah, mengidentifikasi bahwa masalah utamanya bukan pada ketersediaan anggaran, melainkan pada standar dapur yang ditetapkan terlalu ketat, membuat pelaku usaha lokal kesulitan berpartisipasi.
Suriansyah menjelaskan bahwa standar yang diterapkan sangat jauh dari kondisi realistis di lapangan.
“Standarisasi dapur MBG itu seperti standarisasi dapur militer seperti standarisasi dapur restoran cepat saji,” jelas Suriansyah belum lama ini.
Standar yang terlalu tinggi ini membutuhkan investasi luar biasa besar bagi UMKM. Selain itu, masalah logistik turut mempersulit. Standar program hanya menjamin pengiriman makanan maksimal dalam waktu 30 menit.
“Mengingat wilayah Batu Ampar yang luas dan desa-desa yang terpencar, satu dapur yang direkomendasikan tidak akan mampu menjangkau semua target anak sekolah, termasuk di Desa Mugi Rahayu dan Himba Lestari,” tambahnya.
Menyikapi hal ini, Suriansyah mengusulkan solusi yang lebih realistis dan memberdayakan ekonomi lokal: menyerahkan pengadaan makanan kepada warung atau kantin sekolah yang sudah ada.
“Kalau memang dapur itu diserahkan ke kantin-kantin sekolah atau memberikan kesempatan kepada pelaku kuliner yang memang sudah ada di kampung itu, ini akan jauh lebih efektif,” pungkasnya.(adv/iw)
