Harga Anjlok, Petani Batu Ampar Tinggalkan Kebun Lada dan Beralih Total ke Komoditas Nanas

KEMBARA TIMUR – Sektor pertanian di Kecamatan Batu Ampar menghadapi perubahan signifikan menyusul ditinggalkannya komoditas lada (merica) oleh mayoritas petani. Anjloknya harga jual lada di pasaran menjadi pemicu utama pergeseran ini.

Camat Batu Ampar, Suriansyah, mengakui bahwa lada pernah menjadi primadona dengan potensi ekonomi yang sangat menjanjikan beberapa tahun silam.

“Dulu ladanya luar biasa sangat booming pada saat lada itu harganya kan sampai lebih daripada Rp100.000 sekilo,” jelas Suriansyah saat ditemui belum lama ini.

Namun, kejayaan tersebut berakhir setelah harga lada merosot tajam. Harga lada kini berada di kisaran Rp50.000 hingga Rp60.000 per kilogram, anjlok lebih dari 50 persen dari harga puncaknya.

Penurunan harga yang drastis ini membuat petani tidak lagi terpacu untuk melanjutkan perawatan kebun.

“Sekarang lada itu kan murah. Rp50.000, Rp60.000 saja. Ya jaranglah yang mengurusi itu lagi,” tambahnya.

Akibatnya, fokus pertanian di Batu Ampar kini sepenuhnya beralih ke komoditas nanas yang dinilai lebih menjanjikan secara ekonomi. Selain itu, potensi sebagai lumbung padi juga kecil karena faktor geografis.

“Batu Ampar ini kan umumnya kan berupa daerah dataran pegunungan ya. Tidak ada sawah,” tegasnya, memastikan nanas menjadi potensi pendapatan utama Batu Ampar saat ini.(adv/Iw)

Exit mobile version