KEMBARA TIMUR– Kepala Desa Swarga Bara, Wahyuddin Usman, tampak hati-hati menimbang setiap prioritas pembangunan di wilayahnya. Di meja kerjanya, tumpukan berkas perencanaan desa bersisian dengan peta kawasan wisata Bukit Azalea yang tengah naik daun. Dua hal itu, pelayanan publik dan geliat wisata, menjadi beban sekaligus peluang yang kini dikejar Pemerintah Desa Swarga Bara.
Di desa yang bergerak cepat ini, pembangunan infrastruktur menjadi penopang utama. Wahyu, begitu ia disapa, menyebut layanan publik yang baik mustahil berjalan tanpa fondasi fisik yang memadai.
“Progresnya sudah sekitar 80 persen. Kami berharap tahun ini sudah bisa difungsikan,” katanya ketika ditemui awal pekan ini. Di luar kantor desa, suara mesin bangunan terdengar ritmis, tanda proyek masih berjalan meski alokasi anggaran yang mereka miliki bergerak terbatas.
Sejak 2023, pembangunan fasilitas fisik di desa itu bertumpu pada dua sumber utama, Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Keduanya dipakai bergiliran, membuat pekerjaan harus diselesaikan secara bertahap. Targetnya, kata Wahyu, pembangunan tuntas pada 2025 dan beroperasi optimal setahun setelahnya.
“Di timeline kami sudah kami tetapkan harus rampung 2025. Setidaknya 2026 itu fasilitasnya benar-benar siap dipakai,” ucapnya.
Namun, infrastruktur bukan satu-satunya perhatian. Di Swarga Bara, geliat pariwisata perlahan mencuat ke permukaan. Salah satu magnetnya adalah Bukit Azalea atau yang akrab disebut warga sebagai Prevab yang belakangan kerap muncul di media sosial.
“Potensi wisata ini tidak bisa dibiarkan sendirian. Harus ada dukungan akses dan fasilitas kalau ingin berkembang,” tutur Wahyu.
Ia menilai, penguatan infrastruktur yang kini dikebut desa akan berdampak langsung pada sektor wisata. Jalan yang memadai, fasilitas publik yang layak, hingga ruang layanan masyarakat yang tertata dianggap penting untuk menyokong kunjungan wisata dan ekonomi warga.
Wahyu menyadari pembangunan desa tidak boleh terpaku pada satu titik. Selain pelayanan publik dan pariwisata, sektor pertanian juga menjadi perhatian yang tak bisa dinegosiasi.
“Semua harus berjalan beriringan. Pertanian itu penting, begitu juga infrastruktur dasar. Pembangunan tidak boleh timpang,” ujarnya menutup percakapan.(adv/Q)
