KEMBARA TIMUR – Pemkab Kutai Timur (Kutim) tampak serius merapikan dapur data ekonomi kreatif (Ekraf) yang selama ini berserakan di banyak meja birokrasi. Di bawah Dinas Pariwisata (Dispar), upaya itu kini mengerucut pada satu agenda besar, membangun basis data terpadu agar kebijakan tidak lagi berjalan dengan tebakan.
Akhmad Rifanie, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, menyebut urusan data adalah titik paling rapuh dalam pembinaan pelaku kreatif. “Sering kali ada keluhan, pelatihannya itu-itu saja, pesertanya juga orang yang sama,” ujar Rifanie, awal pekan ini. Ia mengaku tak sekali dua kali mendengar komentar tak sedap soal program yang dianggap tidak menyentuh pelaku baru.
Lewat program Sinergi Data Ekonomi Kreatif (SINDaKRAF), pemerintah mencoba menyatukan daftar panjang pelaku Ekraf yang sebelumnya tercecer di berbagai OPD. Sistem itu dirancang sebagai etalase tunggal: memuat identitas, bidang usaha, hingga jejak keterlibatan para pelaku Ekraf dalam program pelatihan pemerintah.
“Kalau datanya bersih, kita bisa menentukan siapa yang belum tersentuh, siapa yang butuh bimbingan lebih spesifik,” kata Rifanie. Dengan begitu, intervensi pemerintah tak lagi menumpuk pada kelompok yang sama sementara pelaku baru menunggu giliran.
Rifanie membayangkan SINDaKRAF sebagai pintu menuju satu data Ekraf Kutim, sebuah standar bersama agar program lintas instansi tidak saling tumpang-tindih. Ia berharap langkah ini mengakhiri pola lama yang sering menimbulkan salah paham dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap pembinaan pemerintah.
“Tujuannya sederhana: tepat sasaran,” ujarnya menutup percakapan.(adv/Q)
