KEMBARA TIMUR – Di tengah maraknya kegiatan olahraga rekreasi di Kutai Timur (Kutim), satu agenda justru menarik perhatian karena dampaknya yang menjalar hingga ke warung-warung rumahan: kejuaraan Monster Bike atau Push Bike, ajang balap sepeda tanpa pedal untuk anak usia dini. Di balik riuh suara kecil peserta, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutim melihat sebuah peluang pembinaan jangka panjang, baik bagi anak maupun roda ekonomi kota.
Kepala Dispora Kutim, Basuki Isnawan, menilai pembinaan usia dini tak bisa lagi dianggap pelengkap. Model olahraga yang sederhana seperti push bike, menurut dia, bisa menjadi pintu masuk untuk membangun karakter sejak kecil. “Kami tidak hanya memperhatikan atlet dewasa. Pembinaan usia dini juga kami perhatikan,” ujarnya di Sangatta, awal pekan ini.
Dukungan pemerintah daerah terhadap kegiatan ini cukup kuat. Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman bahkan memberi legitimasi lebih besar dengan mendorong penyelenggaraan Piala Bupati khusus untuk kejuaraan push bike. Langkah itu membuat agenda yang awalnya berskala komunitas berubah menjadi magnet baru bagi keluarga muda.
Namun di luar area start dan finish, geliat ekonomi lebih terasa. Setiap event selalu dibanjiri orang tua yang datang mendampingi anaknya. Warung kecil di sekitar venue mendadak ramai, begitu pula lapak gorengan, penjual minuman, hingga pedagang makanan kemasan. “Perputaran ekonomi pasti berjalan. Anaknya datang, pasti bawa emaknya. Penjual gorengan laku, nasi bungkus laku,” kata Basuki.
Efeknya bahkan terasa hingga ke sektor penginapan. Basuki mengaku menerima banyak pesan langsung dari pelaku usaha yang merasa terbantu. “Banyak yang mengucapkan terima kasih. ‘Pak, sering-sering bikin event seperti ini. Penginapan saya laku, nasi saya laku, gorengan saya laku,’ begitu kata mereka,” ucapnya.(adv/Q).
