KPC, Jantung Kutai Timur yang Menyala untuk Indonesia

SANGATTA, KEMBARA TIMUR – Bagi Kutai Timur, PT Kaltim Prima Coal (KPC) ibarat jantung yang terus berdetak. Dari detak itulah kehidupan mengalir, menghidupi ribuan keluarga. Jika detak itu berhenti, roda ekonomi ikut tersendat. Tak heran bila KPC ditetapkan sebagai salah satu Obyek Vital Nasional (Obvitnas).

Kamis pagi (21/8/2025), suasana Teras Belad Sangatta Selatan tampak lebih hidup dari biasanya. Puluhan wartawan duduk berjejer di meja bundar, catatan dan laptop terbuka, bersiap menyimak materi hari kedua Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar Aliansi Jurnalis Kutai Timur (AJKT) bersama Solopos Media Grup.

Di depan ruangan, Silvester Pantur, Acting Superintendent Public Communications KPC, mengenakan kemeja abu-abu sederhana. Sesekali ia merapikan kacamata, lalu berbicara dengan intonasi mantap. “Menjaga Obvitnas bukan hanya tugas aparat atau perusahaan. Ini tanggung jawab kita semua. Termasuk rekan-rekan media di ruangan ini,” ujarnya.

Ucapan itu membuat beberapa peserta saling menoleh. Ada yang buru-buru mencatat, ada pula wartawan senior di barisan belakang yang mengangguk pelan, seolah membenarkan pesan tersebut. Materi terasa lebih dekat, lebih menyentuh rutinitas kerja mereka sehari-hari.

Silvester lalu mengajak peserta membayangkan skala KPC. Dengan konsesi lebih dari 61 ribu hektar, perusahaan ini memproduksi 55–60 juta ton batubara setiap tahun. Sebagian besar diekspor, sementara seperempatnya dipasok ke dalam negeri lewat Domestic Market Obligation (DMO).
“Bayangkan, 70 persen listrik kita masih bergantung pada batubara. Termasuk dari sini, Sangatta,” paparnya.

Seorang wartawan muda di sisi kiri ruangan menuliskan angka itu besar-besar di catatannya. Dari wajahnya, jelas ia takjub dengan peran KPC dalam pasokan energi negeri.

Selain energi, KPC juga menyumbang kontribusi finansial hingga miliaran dolar setiap tahun. Informasi itu sempat membuat peserta terdiam, lalu berbisik satu sama lain.

Namun bagi Silvester, ada hal yang tak kalah penting dari angka-angka itu.Yakni nformasi.
“Kalau berita menyesatkan atau hoaks tersebar, efeknya bisa lebih berbahaya daripada pagar yang runtuh,” tegasnya. “Di sinilah wartawan berperan. Menjernihkan, bukan mengaburkan.”

Sesi pun ditutup dengan tepuk tangan meriah. Pesannya sederhana, tapi kuat. Menjaga Obvitnas berarti menjaga kehidupan banyak orang. Dan di antara garda pengaman itu, media punya peran yang istimewa.(*)

Penulis: Imran RSahara

Exit mobile version