KUTAI TIMUR, KEMBARA TIMUR – Di tengah tumpukan dokumen rapat dan agenda dewan, Jimmi masih menyempatkan diri berdiri di depan papan tulis. Di sela tugas-tugas sebagai Ketua DPRD Kutai Timur (Kutim), ia tetap meluangkan waktu untuk mengajar di sebuah SMK di Sangatta Utara. Murid-murid mengenalnya bukan hanya sebagai pemimpin dewan, tapi sebagai guru yang tekun dan bersahaja.
Jimmi bukan politisi karbitan. Ia mulai menapaki panggung politik dari bawah, lewat Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada Pemilu 2019, ia mencalonkan diri dari dapil Kutim 1 dan meraih 2.667 suara. Ia terpilih sebagai satu-satunya wakil PKS dari daerah pemilihan tersebut. Lima tahun kemudian, jumlah suaranya melonjak menjadi 3.659. PKS pun meraih tujuh kursi dan menjadi partai dengan suara terbanyak. Dengan posisi itu, Jimmi ditetapkan sebagai Ketua DPRD Kutim untuk periode 2024–2029.
Namun, di balik peran politiknya yang strategis, Jimmi tetap mempertahankan identitasnya sebagai pendidik. Ia meyakini perubahan tidak cukup hanya lewat kebijakan, tetapi juga lewat pendidikan yang menyentuh generasi muda secara langsung. “Mengajar itu bukan sekadar rutinitas, tapi tanggung jawab moral,” ujarnya.
Sebagai Ketua DPRD, Jimmi dikenal moderat dan tenang. Ia tidak meledak-ledak dalam menyampaikan pendapat, namun lugas dan konsisten dalam memperjuangkan program-program kerakyatan. Salah satu isu yang kerap ia angkat adalah pentingnya diversifikasi ekonomi Kutim, agar tidak bergantung terus pada sektor tambang. Pertanian dan pendidikan, katanya, adalah dua sektor yang harus diperkuat untuk menghadapi masa depan.
Rekan-rekannya di dewan menyebutnya sebagai pemimpin yang tidak banyak bicara, tetapi setiap ucapannya berbobot. Ia mampu menjembatani kepentingan antarfraksi tanpa menimbulkan gesekan. Di kalangan guru dan siswa, Jimmi dianggap sebagai teladan: pemimpin yang tidak melupakan asal dan tetap hadir sebagai pengajar meski duduk di jabatan tinggi.
Bagi Jimmi, politik adalah panggung untuk memperjuangkan nilai, dan pendidikan adalah ladang untuk menanam masa depan. Dua dunia itu tidak perlu dipertentangkan—cukup dijalani dengan penuh komitmen.(IRS)