Kutai Timur

FORMIE Kutim Ulurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran Road 9

Bantuan berupa sembako, uang tunai, dan pakaian layak pakai disalurkan oleh FORMIE Kutim sebagai bentuk solidaritas terhadap korban kebakaran di Jalan Road 9, Kecamatan Sangatta Utara

KUTAI TIMUR, KEMBARA TIMUR – Saat rumah-rumah berubah menjadi abu dan harapan nyaris padam, hadir sekelompok organisasi yang tak ingin tinggal diam. Forum Komunikasi Generasi Muda Peduli Daerah (FORMIE) Kutai Timur (Kutim) kembali turun tangan. Tak sekadar menyuarakan empati, mereka hadir langsung, membawa bantuan bagi korban kebakaran di Jalan Road 9, Kecamatan Sangatta Utara.

Bantuan berupa uang tunai, sembako, dan pakaian layak pakai diserahkan langsung kepada korban kebakaran. Slah satunya bernama Tahang. Penyerahan dilakukan oleh Bendahara FORMIE Kutim, Hj. Ida Mayangsari, didampingi Dewan Penasehat FORMIE, Andi Sultan, serta anggota, Arni, Jumat (18/4/2025).

Bantuan yang diserahkan ini berasal dari hasil penggalangan dana yang dilakukan FORMIE Kutim sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap korban kebakaran yang melanda permukiman padat tersenut. Dana yang terkumpul berhasil disalurkan untuk meringankan beban para korban.

“Semoga bantuan ini bisa sedikit meringankan beban korban,” ujar Hj. Ida dalam penyerahan tersebut.

Tahang pun menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian yang diberikan FORMIE Kutim.

“Bantuan ini sangat berarti bagi kami yang sedang berjuang memulai dari nol lagi. Terima kasih banyak atas kepeduliannya,” ungkapnya.

Seperti diketahui, kebakaran hebat melanda permukiman padat di Jalan Road 9, Sangatta Utara, pada Sabtu siang (5/4/2025) sekitar pukul 12.10 WITA. Tujuh unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan si jago merah, yang baru berhasil dipadamkan setelah satu jam berjibaku.

Diduga, sumber api berasal dari korsleting listrik di salah satu bangunan. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian akibat kebakaran ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Bencana ini menyisakan luka mendalam, baik secara materiil maupun emosional bagi para korban. Begitu pula dengan Tahang dan istrinya, Fatimah. Seperti diberitakan sebelumnya, warung kopi dan makanan yang menjadi tempat mereka mengais rezeki sehari-hari turut hangus dilalap api.

“Api berasal dari belakang, katanya dari usaha bengkel,” tutur Fatimah lirih.
Dia dan suaminya hanya bisa menyaksikan dari kejauhan saat tempat mereka berjualan berubah menjadi abu, bersama sejumlah ruko, rumah warga, dan satu musolah.

Fatimah mengaku mereka datang dari kawasan kebun dengan harapan memperbaiki nasib di kota.

“Buka warung di sini laku, Pak. Biar untung lima ribu, daripada di kebun sana. Namanya orang tidak punya, tidak bisa makan gimana,” ucapnya.(FITRAH)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button