
SANGATTA, KEMBARA TIMUR – Masih terkenang, diingatkan Fatimah ketika kebakaran hebat melanda permukiman padat di Jalan Road 9, Sangatta Utara, Kutai Timur, Sabtu siang (5/4/2025). Kepulan asap hitam membubung tinggi, diikuti kobaran api yang cepat menyambar bangunan—termasuk ruko, musolah, serta warung makan dan kopi tempat dirinya dan sang suami, Tahang, mengais rezeki.
“Api berasal dari belakang, katanya dari usaha bengkel,” ujar Fatimah, perempuan asal Jawa Timur, lirih, Minggu (6/4).
Pasangan suami istri itu hanya bisa menyaksikan dari kejauhan bagaimana tempat mereka mencari nafkah sehari-hari berubah jadi abu. Warung mereka itu menyisahkan puing-puing, bersama sejumlah bangunan lainnya, termasuk rumah warga, ruko, dan satu musolah.
Fatimah bercerita, mereka datang dari kawasan kebun, berharap kehidupan di kota memberi peluang baru. “Buka warung di sini laku, Pak. Biar keuntungan lima ribu, daripada di kebun sana. Namanya orang tidak punya, tidak bisa makan gimana,” katanya.
Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 12.10 WITA. Setidaknya, tujuh unit mobil pemadam diterjunkan. Api baru dapat dikuasai setelah satu jam berjibaku.
Diduga, api berasal dari korsleting listrik di salah satu bangunan.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Namun bagi Fatimah dan Tahang, serta para korban lainnya, kebakaran ini tak sekadar menghanguskan harta benda—tapi juga memadamkan mimpi dan harapan yang telah lama mereka rajut. (*)