Sosok Dua Sumur Pulau Miang: Penjaga Kehidupan di Tepi Laut

KEMBARA TIMUR Di tengah Pulau Miang, Kecamatan Sangkulirang, berdiri dua sosok tak bernyawa yang telah menjadi penjaga kehidupan ratusan warga selama lebih dari empat dekade. Meski tak bisa bicara, dua sumur ini punya cerita yang begitu istimewa. Airnya yang tawar, tak asin seperti laut di sekitarnya, adalah anugerah yang menjaga pulau kecil ini tetap hidup.

Digali pada 1980-an, kedua sumur ini bukanlah sumur biasa. Mereka hadir, konon, lewat mimpi seorang warga yang mendapatkan petunjuk tentang lokasi sumber air tawar di pulau yang kala itu masih minim penduduk. “Tanpa sumur ini, kita mungkin tak bisa bertahan,” ungkap Usman, salah satu warga Pulau Miang.

Uniknya, sumur ini seperti memiliki “jiwa” sendiri. Berapa pun banyaknya air yang diambil, kedalaman airnya selalu kembali ke posisi semula. Mereka tak pernah kering di musim kemarau, juga tak pernah meluap meski hujan deras mengguyur.

“Kedua sumur ini seperti tahu kapan cukup. Airnya tetap segitu-gitu saja, tak peduli berapa banyak yang diambil,” kata Kamaruddin, warga Pulau Miang lainnya.

Kini, dua sumur itu menjadi nadi utama bagi 200 kepala keluarga (KK) atau sekitar 500 jiwa di desa tersebut. Dengan bantuan pemerintah desa, air dari sumur ini dialirkan ke rumah-rumah warga melalui mesin pompa dan jaringan pipa.

“Dulu kami harus mengambil air bersih dari luar pulau dengan perahu. Tapi sekarang, sumur ini sudah cukup untuk kebutuhan seluruh warga,” tambah Usman.

Bagi masyarakat Pulau Miang, kedua sumur ini adalah simbol berkah dan ketahanan hidup. Mereka tidak hanya menjadi penopang kehidupan sehari-hari, tetapi juga bagian dari sejarah dan identitas pulau.

“Sumur ini adalah berkah yang tak ternilai. Kami selalu menjaganya dan mensyukurinya,” tutup Kamaruddin.

Di Pulau Miang, dua sumur ini adalah bukti bahwa tak semua pahlawan berbentuk manusia. Dengan air tawarnya, mereka terus menjadi sosok penjaga kehidupan di tepian laut.(*)

Exit mobile version