Kutai Timur

Suasana Malam di Pengungsian Korban Banjir Sangatta

Kembaratimur.com – Suasana malam di Masjid Agung Al-Faroek Sangatta, Bukit Pelangi ramai, Senin (21/3/2022). Tempat ibadah umat muslim itu dipenuhi pengungsi korban banjir, bahkan ada yang mengambil stan di pelataran masjid.

Meski bangunan bertingkat itu ditempati pengungsi hanya pada bagian lantai dua dan pelataran lantai pertama, namun tenda untuk pengungsi juga ada dibuat oleh TNI di halaman masjid. Semua tenda-tenda itu juga dipadati pengungsi.

Para pengungsi bercengkerama, penuh obrolan mengisi waktu malam. Kopi, roti serta roko kesayangan menjadi teman setia mereka. Tak terkecuali Fitrah, warga Rudina, Sangatta Utara. Ia sudah menempati pengungsian sejak Minggu (20/3/2022) kemarin. Dia bersama istri, adik dan tiga anaknya.

“Saya sekeluarga sudah di sini sejak kemarin,” ujarnya.

Malam itu, Fitrah sedang duduk bersama rekan-rekannya sesama pengungsi di dalam tenda pengungsian. Tak banyak aktivitas yang ia lakukan ketika di pengungsian malam hari. Hanya duduk hingga kantuk tiba, dan merebahkan tubuh ke tempat tidur yang telah disiapkan.

Alunan musik dari telpon gengam pengungsi terdengar sebagai pemecah sunyi. Di tengah kesunyian, suara musik menjadi penanda masih ada tanda-tanda kehidupan di lokasi pengungsian warga Sangatta. Masalahnya selain maslah banjir, listrik dan air di sebagian besar lokasi banjir mati total. Tapi tidak demikian di Masjid Agung Al-Faroek, semua serba lengkap. Termasuk WC umum yang jumlahnya mampu mencukupi ratusan pengungsi.

Masjid Al-Faroek ini adalah salah satu tempat penampungan pengungsi di wilayah Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Sudah dua hari ini ribuan jiwa menempati titik-titik pengungsian yang tersebar di berbagai titik di daerah tersebut. Meskipun dipadati banyak warga, jangan bayangkan ada suasana hangat keluarga di sini. Masing-masing warga kerap tenggelam dalam lamunannya sendiri, membayangkan keluarga dan orang-orang terkasih mereka. 

“Yang saya pikirkan bapak yang masih di bawah, dia tidak mau ikut ke sini tapi memilih bertahan, di tempat tetangga yang kebetulan rumahnya lebih tinggi. Semoga banjir segera surut,” ucap Fitrah.

Hal yang sama dilakukan Subir di pengungsian Masjid Agung Sangatta yang bersama rekan sesama pengungsi duduk di pelataran masjid.

Begitu pula dengan Isra, warga Dusun Kenyamukan, Desa Sangatta Utara yang baru saja datang bersama istri dan dua anaknya. Mengisi waktu malam.

Selain Fitrah, Subir dan Israh, masih ada ribuan orang lain yang mengharapkan banjir segera surut. Beruntung pelayanan petugas di pengungsian Masjid Agung Al-Faroek tergolong cukup baik. Selain tempat dan tenda yang nyaman telah disiapkan, warga juga mendapatkan konsumsi yang maksimal berupa makanan dan minuman, bahkan konsumsi tambahan seperti kopi, teh, dan kolak.

Memang di lokasi pengungsian ini berdatangan bantuan, baik dari perusahaan maupun organisasi profesi seperti Persatuan Bidan Indonesia (IBI) Kutim. Jadi tak mengherankan jika kebutuhan logistik terutama makanan datangnya berlipat.

Selain itu, anak-anak pengungsi juga mendapatkan pakaian layak berupa baju. (*).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button